Transportasi Jadul Bogor: Ketika Trem dan Kereta Uap Pernah Menjadi Andalan

Bogor yang kini dikenal dengan lalu lintas padat dan angkutan kota yang berwarna-warni, ternyata memiliki sejarah transportasi yang sangat menarik. Sebelum hadirnya angkot dan motor listrik, masyarakat Bogor pada awal abad ke-20 sudah mengenal moda transportasi modern seperti kereta uap dan trem—yang kala itu menjadi simbol kemajuan dan keterhubungan.

Sumber: Republika



Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, jalur kereta api menjadi salah satu proyek besar di wilayah Jawa. Bogor, yang kala itu dikenal sebagai Buitenzorg, termasuk kota penting karena menjadi tempat peristirahatan para pejabat Hindia Belanda. Pada tahun 1873, jalur kereta api Batavia (kini Jakarta) – Buitenzorg resmi dibuka dan menjadi salah satu rute pertama kereta api di Indonesia.

Kereta uap yang menghubungkan Batavia dan Buitenzorg menjadi moda transportasi favorit para bangsawan dan pedagang. Dengan kecepatan yang terbilang tinggi di masa itu, perjalanan antara dua kota ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar dua jam. Tak hanya penumpang, jalur ini juga digunakan untuk mengangkut hasil bumi, seperti teh dan kopi dari kebun-kebun di sekitar Bogor ke pelabuhan di Batavia.

Selain kereta api, Bogor juga memiliki trem! Sekitar awal 1900-an, jalur trem uap dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta milik pemerintah kolonial. Trem ini beroperasi di dalam kota, menghubungkan pusat kota, Pasar Bogor, hingga wilayah pinggir seperti Empang dan Semplak. Bagi masyarakat saat itu, trem bukan hanya alat transportasi, tapi juga bagian dari gaya hidup kota yang modern.

Namun kejayaan trem dan kereta uap mulai meredup pasca-kemerdekaan. Masuknya kendaraan pribadi dan angkutan umum baru seperti oplet dan bus, membuat trem tidak lagi menjadi pilihan utama. Pada tahun 1960-an, trem resmi dihentikan operasinya di Bogor. Rel-relnya pun perlahan hilang, digantikan jalan-jalan aspal yang lebih luas untuk kendaraan bermotor.

Meski tak lagi beroperasi, sisa-sisa masa kejayaan itu masih bisa ditemukan. Beberapa bekas stasiun kecil, bangunan peninggalan Staatsspoorwegen, dan jembatan kereta tua masih berdiri hingga kini—meski tak lagi difungsikan seperti dulu. Bahkan, stasiun Bogor yang kita kenal sekarang adalah saksi hidup dari sejarah panjang transportasi di kota ini.

Mengingat sejarah ini bukan hanya soal nostalgia, tapi juga pengingat bahwa Bogor pernah punya sistem transportasi publik yang terintegrasi dan tertata. Mungkin, ini bisa menjadi inspirasi untuk membangun kembali sistem transportasi masa depan yang lebih baik—berangkat dari jejak masa lalu.

 

Komentar